Lamaran
Jingga (5)
Written
by Indri Permana
“Aku pikir kamu bakalan
seneng diajak kesini dek!” kata-kata Aris membuat pikirannya kembali pulih dan
spontan tersenyum. “iya kak, aku seneng kok! Apalagi banyak anak-anak.” Jingga
berusaha menanggapi dengan santai. Lalu apa artinya pulsa yang ia buang hanya
untuk sekedar menghubungi Giana, ‘ahli fashion’ sementara yang ia booking.
Memilih baju terbaik, dan berdandan serapi yang ia bisa. Memang tak apa-apa,
tapi ini gila!
Akan
tetapi, apa yang terjadi kemudian
benar-benar diluar dugaan Jingga. Ternyata berada disini, tempat semua
anak-anak yang telah ditinggalkan oleh orang tua secara sesungguhnya maupun
tidak, benar-benar tak terduga. Ia disini bisa merasakan bahagia, haru, dan
sedih secara bersamaan. Ia merasakan hal yang lebih baik dari hanya sekedar
dinner di restorant mewah dengan hidangan yang super wahh. Berbagi dengan
mereka dalam bentuk materi maupun bukan, benar-benar menyenangkan! Jiwa
sekaligus batinnya kini terasa penuh dengan rasa yang tidak bisa dijelaskan.
“Awalnya
aku gak yakin lho mau ngajakin kamu kesini,” Aris berbicara dengan hati-hati
sambil menyendokkan es krim ke mulutnya. “Awalnya aku juga yakin bakal
diajakkin ke tempat yang lebih baik dari ini,” sahut Jingga, “tapi ini indah!
Tak ada senyum dan tawa yang tulusnya sampai merasuk kehati gini. Aku jatuh
cinta sama tempat ini kak,” lanjutnya sambil tersenyum lebar matanya berbinar
bahagia. Aris tertawa keras sambil memegang perutnya dan baru berhenti setelah
melihat ekspresi Jingga yang kesal, “Aku juga jatuh cinta sama tempat ini.” Jatuh cinta sama kamu juga dek!
Tambahnya dalam hati.
Menikmati
udara malam yang cerah seperti ini, dengan satu pot es krim rasa vanilla
cookies berdua, antara Jingga dan Aris. Tapi, yang mereka ciptakan hanya
keheningan yang dibumbui dengan desau angin dan suara malam lainnya. Aris
tiba-tiba teringat dengan apa yang ingin ia katakan kepada Jingga. Sebelum
semuanya terlambat, sebelum ini akan menjadi itu, dan sebelum moment seperti
ini berakhir. Ia akan mengatakan apapun yang ada di hatinya.
“Dek,
aku gak bisa kalau harus basa-basi,” kemudian Aris menarik napas dan
menghembuskannya “aku suka kamu dek, dari dulu! Dari pas zaman aku SMA, aku
udah suka sama kamu.” Kata Aris dengan tenang. Orang yang dituju malah diam
saja, dia tak bergeming. “Es krim ini buat aku aja kak!” sahut Jingga,
pura-pura tak mendengar perkataan Aris. Karena gemas, Aris merebut pot es krim
dari tangannya dengan paksa. “Kamu harus mau jadi pacar aku dek!” ucapnya
setengah memaksa, “Jawab sekarang, karena aku gak bisa nunggu!” Aris
mempertegas ucapannya.
Lama
sekali Jingga terdiam. Ia dengan susah payah menguatkan hatinya sendiri.
Meyakinkan diri untuk mengatakan apa yang harus ia katakan sekarang. “Aku gak
bisa!” ucapnya lirih. “Aku gak bisa bertahan dengan hubungan yang seperti itu,
yang hanya akan membuat aku terluka berkali-kali tanpa kepastian!” Sahut Jingga
dengan tenang. “wanita bodoh selalu saja percaya pada janji yang bahkan Tuhan
saja belum tentu memberikan waktu sampai janji itu terwujud!” “wanita bodoh itu
adalah Jingga, dan itu aku!” sesudah berkata demikian, hati Jingga rasanya
sakit. Ia tak menyangka akan seberani ini. Luka lama memang benar-benar hebat!
Ia mampu mengubah apapun, termasuk perasaan dan tindakan Jingga saat ini.
Seakan
keberanian yang telah ia simpan bertahun-tahun tersirap di sekujur tubuhnya.
Ingin rasanya ia terduduk lesu ataupun berlutut di tanah. Apa yang kurang pada
diri Aris? Dirinya sendirinya pun yakin tak ada, dia sempurna untuk Jingga dan
hanya untuknya!
Puluhan
menit tabir keheningan tercipta diantara Aris dan Jingga. Entah seberapa tebal
tabir itu sekarang, yang pasti kekakuan merangkak menyelimuti gerak-gerik
mereka berdua. Dalam keheningan itu, tiba-tiba dering nada panggil dari ponsel
Aris berbunyi. Dengan cepat ia mengangkat panggilan tersebut sambil menjauh
dari Jingga. Yang ditinggalkan hanya diam dan menatap sayu dari kejauhan. Lama
sekali Aris menerima panggilan dan setelah itu ia seperti terburu-buru pergi.
“Aku pulang duluan dek, ada urusan penting!”
kata Aris dengan raut wajah tegang, kemudian berbalik meninggalkan Jingga
sendirian.
Jingga
menelan ludah sejenak, pikirannya sedang kacau dan tak bisa berakal sehat.
Tadinya ia ingin diantarkan pulang terlebih dahulu, tapi ia sangat malu. Dan lagipula
hatinya juga sakit mendapat respon dari pria itu. Kenapa Aris dengan mudah
mencintainya? Membuat hatinya berbunga-bunga? Namun ketika mengalami penolakkan
dia pergi menghindar jauh sekali, benar-benar berbeda! Setidaknya lihat Jingga,
ia sekarang harus pulang sama siapa? Suasana hatinya tak mendukung apapun yang
ia pikirkan. Malam ini ia begitu bahagia, tapi juga amat kacau!!!
Tadaaa...... Dan ini adalah part klimaks dari lamaran jingga :D kesal? Kecewa? Atau apapun boleh aja, tapi gak boleh kalo gak ngelanjutin cerbung ini sampai habis ya hehe maafin kalo ada kekurangan, keep enjoy and i love you all my beloved readers :* Wassalamu'alaikum