Lamaran
Jingga (8)
Written
by Indri Permana
Dengan hati yang
bergemuruh hebat, yang kini sedang berdebar tak karuan. Ia bersiap-siap, dari
mulai mandi sambil berdandan. Kak Amel juga membantunya, bahkan meminjamkan
baju kaftan terbaik bekas lebaran tahun kemarin. Karena Jingga waktu pindah ke
rumahnya pun hanya membawa baju santai dan baju untuk mengajar saja. Boro-boro
bawa baju buat persiapan lamaran seperti ini!
Selesai bersiap-siap.
Jingga yang dituntun oleh kak Amel memasuki ruang tamu. Walaupun ia berjalan
dengan posisi menunduk, tapi rupanya ia mencuri-curi pandang melihat siapa yang
melamarnya. Yang terlihat oleh Jingga, hanya ada seorang bapak, ibu, lelaki
yang berusia sekitar 40 tahunan dan wanita yang pernah ia lihat dibonceng oleh
Aris. Ngapain pula dia ada disini? Ini kan acara lamarannya Jingga.
Lalu Jingga duduk di
samping kak Amel. Di sebelah kursi yang ia duduki ada bang Isal dan Ayah.
Sepertinya bang Isal sudah kenal akrab dengan keluarga ini, karena mengobrolpun
tidak terlihat baru pertama kenal. Saat dia sedang menerka-nerka siapa dan
darimana keluarga ini, tiba-tiba terdengar suara seorang yang begitu akrab,
“Assalamu’alaikum, maaf agak telat tadi ban motornya bocor,” Jingga menoleh
spontan dan matanya menangkap satu sosok yang ia rindui setiap saat sekaligus
orang yang hampir ia benci, “Kak Aris….” Lirihnya sambil menutup mulut dengan
satu tangannya.
***
Ada banyak hal yang
ingin Jingga tanyakan pada Aris. Namun, selama proses lamaran ia hanya banyak
diam dan mencuri-curi pandang ke arah Aris. Semua keputusan ia serahkan kepada
Ayahnya dan bang Isal sebagai wali. Ia yakin, apa yang Ayahnya ridhoi, Allah
pasti ridho. Insha Allah Jingga dapat menerima semuanya dengan kelapangan hati.
Setelah keputusan
lamaran disepakati, ketegangan pun mencair. Alhamdulillah, Jingga sebentar lagi
tak akan sendiri. Ia akan menjadi seorang istri! Untuk menghilangkan sesak di
dadanya, Jingga memutuskan untuk undur diri. Dia menuju ke halaman belakang
rumah dan berdiam diri disana.
Tanpa Jingga ketahui Aris mengikutinya dari belakang dan menatap lembut ke arahnya. "Setelah kejadian waktu
adek nolak aku. Aku sadar, sekarang bukan saatnya kita main-main lagi ya?”
perkataan Aris mengagetkan Jingga yang sedang melamun. Jingga memilih diam dan
menghindar dari pandangan Aris. “lho dek, kenapa diam gitu? Jangan gitu dong,
kakak tambah cinta sama kamu kalo kamu kayak gitu!” goda Aris sambil tersenyum lembut penuh kasih sayang. “Jadi kemana aja kak Aris selama ini? Tiba-tiba aja pergi dan gak ada
kabar, pas datang langsung ngelamar aku!” gerutunya kesal. Aris dengan susah
payah menjelaskan kepergiannya yang tiba-tiba malam itu. Ternyata Aris bukan
pergi tanpa sebab, tetapi ayahnya waktu itu terkena serangan jantung dan
dirawat selama seminggu di rumah sakit. Tak lupa juga, Aris menjelaskan perihal
‘wanita yang dibonceng’ olehnya tempo hari karena Jingga bertanya dengan aksen
nada cemburu. Sebenarnya tak ada hubungan apa-apa, toh wanita itu ternyata
adiknya Aris, malah sudah punya suami pula.
Aris dan Jingga
menghabiskan waktu berjam-jam mengobrol di halaman belakang. Waktu memang
terasa lebih cepat, saat kita bersama dengan orang kita sayangi. Saat Aris
melihat raut kantuk di wajahnya, Aris mengakhiri percakapan mereka. “Kaka
pulang dulu dek, kasian tuh kamu udah ngantuk gitu!” seru Aris sambil terus
memperhatikan wajah Jingga. “oh gitu ya?” gumamnya dengan nada kecewa. “kalo
gitu hati-hati pulangnya kak. Kan sendirian tuh, malam-malam pula!” ia
berpesan.
Aris hanya tersenyum
mendengar celotehannya, lalu dengan perlahan ia mendekati Jingga. Setelah
begitu dekat, Aris mencondongkan kepala ke arah wajah Jingga, sampai begitu
dekatnya. Jingga yang diperlakukan seperti itu benar-benar kikuk dan salah
tingkah. Aris yang menggodanya tak tahan melihat raut kikuk wajahnya dan
berusaha sekuat tenaga bersuara cool “Lalu,
kapan kita bakal ‘ketemuan sore’ lagi?” Ujar Aris nakal sambil mengedipkan
sebelah matanya. Kemudian tanpa rasa bersalah, ia melenggang pergi sambil
melambaikan tangan. Ia meninggalkan Jingga yang masih kesal bercampur sebal
dengan tingkahnya. Laki-laki itu memang sulit ditebak bukan? Dan dalam hati Jingga berbisik ahh.... Hanya dia satu-satunya lelaki yang membuat semuanya sulit ditebak! THE END
Yeaaa Alhamdulillah akhirnya author bisa menyelesaikan cerbung ini dengan happy ending ya but i feel sad so bad 😂😂😂 ini cerita sebenernya udah harus dipost dari 3 minggu yang lalu, tapi takut aja gak tau kenapa ya jadi emosinal gini ya Allah.... Tapi untuk pembaca cerbung setia saya haturkan banyak terima kasih sudah menunggu dan membaca walaupun lama 😍😍😍 pokoknya akhir kata author ucapin maaf dan terimakasih 😇😇😇 love you all always my beloved readers Wassalamu'alaikum 😘😘😘
Yeaaa Alhamdulillah akhirnya author bisa menyelesaikan cerbung ini dengan happy ending ya but i feel sad so bad 😂😂😂 ini cerita sebenernya udah harus dipost dari 3 minggu yang lalu, tapi takut aja gak tau kenapa ya jadi emosinal gini ya Allah.... Tapi untuk pembaca cerbung setia saya haturkan banyak terima kasih sudah menunggu dan membaca walaupun lama 😍😍😍 pokoknya akhir kata author ucapin maaf dan terimakasih 😇😇😇 love you all always my beloved readers Wassalamu'alaikum 😘😘😘