Sabtu, 03 September 2016

Cerbung: Lamaran Jingga

Lamaran Jingga (8)
Written by Indri Permana

Dengan hati yang bergemuruh hebat, yang kini sedang berdebar tak karuan. Ia bersiap-siap, dari mulai mandi sambil berdandan. Kak Amel juga membantunya, bahkan meminjamkan baju kaftan terbaik bekas lebaran tahun kemarin. Karena Jingga waktu pindah ke rumahnya pun hanya membawa baju santai dan baju untuk mengajar saja. Boro-boro bawa baju buat persiapan lamaran seperti ini!
Selesai bersiap-siap. Jingga yang dituntun oleh kak Amel memasuki ruang tamu. Walaupun ia berjalan dengan posisi menunduk, tapi rupanya ia mencuri-curi pandang melihat siapa yang melamarnya. Yang terlihat oleh Jingga, hanya ada seorang bapak, ibu, lelaki yang berusia sekitar 40 tahunan dan wanita yang pernah ia lihat dibonceng oleh Aris. Ngapain pula dia ada disini? Ini kan acara lamarannya Jingga.
Lalu Jingga duduk di samping kak Amel. Di sebelah kursi yang ia duduki ada bang Isal dan Ayah. Sepertinya bang Isal sudah kenal akrab dengan keluarga ini, karena mengobrolpun tidak terlihat baru pertama kenal. Saat dia sedang menerka-nerka siapa dan darimana keluarga ini, tiba-tiba terdengar suara seorang yang begitu akrab, “Assalamu’alaikum, maaf agak telat tadi ban motornya bocor,” Jingga menoleh spontan dan matanya menangkap satu sosok yang ia rindui setiap saat sekaligus orang yang hampir ia benci, “Kak Aris….” Lirihnya sambil menutup mulut dengan satu tangannya.
***
Ada banyak hal yang ingin Jingga tanyakan pada Aris. Namun, selama proses lamaran ia hanya banyak diam dan mencuri-curi pandang ke arah Aris. Semua keputusan ia serahkan kepada Ayahnya dan bang Isal sebagai wali. Ia yakin, apa yang Ayahnya ridhoi, Allah pasti ridho. Insha Allah Jingga dapat menerima semuanya dengan kelapangan hati.
Setelah keputusan lamaran disepakati, ketegangan pun mencair. Alhamdulillah, Jingga sebentar lagi tak akan sendiri. Ia akan menjadi seorang istri! Untuk menghilangkan sesak di dadanya, Jingga memutuskan untuk undur diri. Dia menuju ke halaman belakang rumah dan berdiam diri disana.
Tanpa Jingga ketahui Aris mengikutinya dari belakang dan menatap lembut ke arahnya. "Setelah kejadian waktu adek nolak aku. Aku sadar, sekarang bukan saatnya kita main-main lagi ya?” perkataan Aris mengagetkan Jingga yang sedang melamun. Jingga memilih diam dan menghindar dari pandangan Aris. “lho dek, kenapa diam gitu? Jangan gitu dong, kakak tambah cinta sama kamu kalo kamu kayak gitu!” goda Aris sambil tersenyum lembut penuh kasih sayang. “Jadi kemana aja kak Aris selama ini? Tiba-tiba aja pergi dan gak ada kabar, pas datang langsung ngelamar aku!” gerutunya kesal. Aris dengan susah payah menjelaskan kepergiannya yang tiba-tiba malam itu. Ternyata Aris bukan pergi tanpa sebab, tetapi ayahnya waktu itu terkena serangan jantung dan dirawat selama seminggu di rumah sakit. Tak lupa juga, Aris menjelaskan perihal ‘wanita yang dibonceng’ olehnya tempo hari karena Jingga bertanya dengan aksen nada cemburu. Sebenarnya tak ada hubungan apa-apa, toh wanita itu ternyata adiknya Aris, malah sudah punya suami pula.
Aris dan Jingga menghabiskan waktu berjam-jam mengobrol di halaman belakang. Waktu memang terasa lebih cepat, saat kita bersama dengan orang kita sayangi. Saat Aris melihat raut kantuk di wajahnya, Aris mengakhiri percakapan mereka. “Kaka pulang dulu dek, kasian tuh kamu udah ngantuk gitu!” seru Aris sambil terus memperhatikan wajah Jingga. “oh gitu ya?” gumamnya dengan nada kecewa. “kalo gitu hati-hati pulangnya kak. Kan sendirian tuh, malam-malam pula!” ia berpesan.
Aris hanya tersenyum mendengar celotehannya, lalu dengan perlahan ia mendekati Jingga. Setelah begitu dekat, Aris mencondongkan kepala ke arah wajah Jingga, sampai begitu dekatnya. Jingga yang diperlakukan seperti itu benar-benar kikuk dan salah tingkah. Aris yang menggodanya tak tahan melihat raut kikuk wajahnya dan berusaha sekuat tenaga bersuara cool “Lalu, kapan kita bakal ‘ketemuan sore’ lagi?” Ujar Aris nakal sambil mengedipkan sebelah matanya. Kemudian tanpa rasa bersalah, ia melenggang pergi sambil melambaikan tangan. Ia meninggalkan Jingga yang masih kesal bercampur sebal dengan tingkahnya. Laki-laki itu memang sulit ditebak bukan?  Dan dalam hati Jingga berbisik ahh.... Hanya dia satu-satunya lelaki yang membuat semuanya sulit ditebak! THE END 


Yeaaa Alhamdulillah akhirnya author bisa menyelesaikan cerbung ini dengan happy ending ya but i feel sad so bad 😂😂😂 ini cerita sebenernya udah harus dipost dari 3 minggu yang lalu, tapi takut aja gak tau kenapa ya jadi emosinal gini ya Allah....  Tapi untuk pembaca cerbung setia saya haturkan banyak terima kasih sudah menunggu dan membaca walaupun lama 😍😍😍 pokoknya akhir kata author ucapin maaf dan terimakasih 😇😇😇 love you all always my beloved readers Wassalamu'alaikum 😘😘😘